Jamur merang (Vorvariella volvacea) merupakan satu diantara model jamur yang banyak diupayakan oleh petani di dataran rendah. Jamur merang bisa tumbuh pada media yang terhitung limbah, terlebih limbah pertanian. Tak hanya pada kompos merang, jamur merang pun bisa tumbuh pada media kompos lain. Kandungan protein jamur merang lebih tinggi di banding sayuran lain. Jamur merang memiliki kandungan riboflavin, tiamin, asam nikotin, kalsium serta fosfor yang cukup tinggi, sedang kadungan kalori serta kolesterolnya rendah hingga bisa berperan juga sebagai makanan pelangsing. Jamur merang atau kulat jumpung dalam bahasa Aceh adalah salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau subtropis. Sebutan jamur merang berasal dari bahasa Tionghoa caogū.
Jamur merang dibudidayakan di dalam bangunan yang disebut kumbung. Sesuai namanya jamur ini tumbuh baik pada media merang dan jerami yang telah terkomposkan. Namun praktik budidaya lebih lanjut juga mendapati jamur ini tumbuh baik pada kompos sampah kertas, tandan kosong sawit, kompos batang pisang dan kompos bio massa pada umumnya. Menurut penelitian, limbah kapas adalah media yang memberikan hasil produksi dan pertumbuhan yang terbaik bagi jamur merang. Jamur merang dikenal sebagai warm mushroom, hidup dan mampu bertahan pada suhu yang relatif tinggi, antara 30-38 °C dengan suhu optimum pada 35 °C.
Budidaya jamur ini tidak sulit. Panen dilakukan terhadap tubuh buah yang belum sepenuhnya berkembang (masih kuncup), meskipun tubuh buah yang telah membuka payungnya pun masih bisa dikonsumsi walaupun harnga jualnya menurun.
Jamur merang mempunyai rasa enak, gurih, dan tidak mudah berubah wujudnya jika dimasak, sehingga digunakan untuk berbagai macam masakan, seperti mi ayam jamur, tumis jamur, pepes jamur, sup dan capcay.
Sentra produksi jamur merang di Indonesia terdapat di Dataran Tinggi Dieng. Di negara-negara Asia yang membudidayakannya, jamur merang dijual dalam bentuk segar. Di daerah beriklim sejuk hanya tersedia jamur merang kalengan.
Kandungan protein jamur cukup tinggi, dalam 100 gr jamur segar terkandung sekitar 3,2 gr protein, jumlah ini akan bertambah menjadi 16 gr jika jamur berada dalam keadaan kering. Selain itu, jamur juga memiliki kandungan kalsium dan fosfor cukup tinggi, 51 mg dan 223 mg, dan mengandung 105 kj kalori, dengan kandungan lemak rendah, 0,9 gr.
Pemilihan spora dan miselium jamur merang yang tepat, akan menghasilkan jamur merang yang berukuran raksasa/jumbo (lebih besar daripada Jamur merang lainnya), seperti yang dihasilkan oleh Erlita susi S.P dan Soesiadi dari Ds jatiroto, lumajang, Jawa timur.
Permintaan pasar terhadap jamur merang sangat tinggi, jamur merang cocok dibudidayakan di dataran rendah atau daerah panas, panen perdana jamur merang dilakukan 8-10 hari setelah tanam dengan frekuensi panen dua kali setiap hari hingga 30 hari, harga jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan jamur tiram, serta bahan dan media tanam jamur merang relatif mudah diperoleh.
Buku Budi Daya Jamur Merang (2 Kali Panen Setiap Hari) yang ditulias oleh Wanda Saputra adalah salah satu buku yang akan memandu Anda untuk membudidayakan jamur merang. Buku ini mengupas tahapan pembudidayaan jamur merang, mulai pembuatan kumbung, pasteurisasi kumbung, fermentasi media, penanaman bibit, hingga pemanenan berdasarkan pengalaman penulis sebagai pembudidaya jamur merang. Plus, analisis usaha budi daya jamur merang skala rumah tangga dan teknis pembibitan jamur merang. Seluruhnya disajikan secara praktis sehingga memudahkan Anda menerapkannya di lapangan.
Buku ini bisa Anda dapatkan dengan membeli secara online melalui toko buku online belbuk.com.
Bagaimana saya bisa memiliki buku ini?
BalasHapus